Minggu, 25 Mei 2014

Genteng Tetangga Apa Kabar?

Ini novel yang aku buat waktu libur setelah lulus SMA, enjoy :)
Part 1
“1. Burung Kertas Origami”
            “Tolonggg.....tolonnggg....” teriakan itu datang dari arah sungai, “woy... ada yang minta tolong, ayo tolongin!! jangan-jangan tenggelam lagi....” teriak seorang wanita cantik yang sedang bersama keempat sahabat prianya, “nek, nenek ga apa-apa?” tanya wanita cantik itu. “Ah nenek ga apa-apa kok” balas nenek tua itu sambil tersenyum. “Loh nenek minta tolong kenapa??” tanya wanita itu kebingungan, “nenek minta tolong... bacain novel ini, nenek udah tua ga bisa baca kalo ga ada kacamata, kalo mau pulang dulu kan jauh nak” pinta nenek kemudian tersenyum memperlihatkan giginya yang nyaris tak ada. Kemudian wanita itu membacakan novel yang dipegang nenek tadi dengan pasrah, keempat sahabatnya pun ikut mendengarkan kisah novel itu...................................................
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪
Entah bingung memulai cerita ini dari mana, dan bagaimana. Apakah hanya dari telepon berdering? Mungkin saja itu sudah biasa, kalau dari dari jam weker? Ini mungkin juga sudah terlalu biasa, kalau dari bunyi bel pulang sekolah? Ini nih yang paling sering dipakai dan juga sudah terlalu mainstream. Pengen banget ada yang baca cerita ini sampai habis, tapi bingung gimana buat mereka betah bacanya, mungkin cerita ini dimulai dari sini aja.....
            “Cukup! lepaskan tanganku se..ka..rang!!! aku sudah lihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!!” kata seorang gadis cantik pada seorang pria yang berlutut dihadapannya, “sayang dengerin dulu penjelasanku, apa yang kamu lihat itu ga sesuai dengan kenyataannya, aku bisa jelasin semuanya” jawab pria itu mengiba pada gadis tadi. Kemudian datang sosok gadis lainnya dari belakang pria itu, kemudian dia memotong pembicaraan antara keduanya “beib,, dia ini...siapa????? Temen kamu???” pria itu kebingungan, “aku bisa jelasin ini semuanya yang, beib” kemudian gadis cantik tadi menjawab, “gue ceweknya!!! kenapa??” “apa ??? gue juga ceweknya!!! jadi, kita dibohongin?” pria itu semakin gelagapan “aku bisa jelasin yang, beb..aku..” belum selesai kata itu terucap PLAK!! tampar gadis cantik itu tepat di pipi sebelah kanan pria itu, PLAK!! Sambung gadis satunya tepat di pipi sebelah kirinya.. “dasar buaya buntung lo!!! kita PU....TUS!!” kata kedua gadis itu serempak. Kedua gadis itu beranjak pergi meninggalkan pria itu sendirian, dan tak lama kemudian DUAK!!... bogem mentah seorang kasir restoran melayang ke jidat pria itu karena belum membayar bill tagihan malah langsung pergi. PLOK PLOK PLOK!! Tepuk tangan warga sekitar yang melihat tontonan gratis itu (?)
            “Wan, sudah matiin tvnya kamu ga bosan nonton ftv sama sinetron model begitu terus-terusan???? coba keluar sana cari kesibukan diluar!!!! jangan mendem diri aja didepan tv, ajak tuh temen-temenmu!! kok semuanya pada ngungsi disini sih!!!” teriak wanita paruh  baya dari sisi dapur. Iya... dia adalah ibunya Wawan, seseorang yang akan jadi peran utama dalam cerita ini. Eh maksudnya Wawan yang jadi peran utama bukan ibunya. “males ah mah...” jawab Wawan dengan suara yang pelan. “ah.. SOMPLAK ganggu kesendirianku aja, padahal tadi lagi menghayal” ucap Wawan dalam hati “TAPLAK!! Kamu Wan, mama denger ya” ucap ibunya Wawan dalam hati (?). Kemudian Wawan kembali duduk termangu, terdiam tanpa sebuah kata yang terucap dengan pandangan kosong menatap layar televisinya, merasa seorang diri, dan perasaannya terbang sejenak kemasa silam.
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪ 
            Wawan??? Meski bukan nama yang cocok untuk remaja saat ini, namun itulah nama pemberian kedua orang tuanya, “Awan Septiano Nugroho”, itulah nama lengkapnya. Wawan itu nama kecil Awan hingga remaja seumuran ini, Septiano itu merupakan nama ayahnya, bukan Wawan yang lahir bulan September, melainkan ayahnya, sedangkan Nugroho itu nama ibunya... eh bukan mblo -__-, Nugroho itu nama pemberian ibunya yang berarti anugrah. Memang bukan anak orang yang terlalu kaya, maupun terlampau miskin, namun dia berada di dalam sebuah keluarga yang sederhana dan berkecukupan. Tapi....... bukan cukup buat beli mobil, cukup beli rumah, cukup naik haji, bahkan bukan Cukup nama tetangga sebelah. Dia saat ini tinggal dengan kedua orang tuanya dirumah yang cukup sederhana, ayahnya satu, ibunya juga satu. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga dan ayahnya hanya seorang pegawai negeri, namun itu sudah membuatnya “cukup” bahagia. Ya seperti itulah, bahagia itukan sederhana mblo :)))). Dia punya seorang adik cantik, adiknya tepat berada satu tahun dibawahnya. Saat ini adiknya juga baru masuk SMA, namun adiknya melanjutkan SMA-nya di Jogja. Adiknya memang pintar, di SMP masuk jalur percepatan, nah di SMA pun ia sudah diterima di bangku percepatan lagi, alhasil adiknya “mungkin” akan lebih dahulu kuliah daripada Wawan.
Wawan sangat dekat dengan adiknya. Dimana tahun ini adalah tahun pertama ia ditinggal adiknya, mau tidak mau dia akan jadi anak semata wayang dirumahya. Oleh karena itu ia selalu merasa kesepian, eh tapi bukan karna ditinggal adiknya juga sih mblo -,- meskipun beberapa temannya sering mampir kerumahnya. Karena terlalu sering mampir bahkan sudah menjadi kebiasaan, teman-temannya bahkan jadi ikutan ga tahu diri kalau berada dirumah Wawan. Eh rumah orang tuanya Wawan kali mblo maksudnya -,- . Iya itu maksudnya -___-
            Wawan anak yang tidak terlalu gemuk, namun sedikit kurus. Intinya ga segede gentong dan ga sekurus lidi sih mblo :p. Posturnya cukup tinggi, senyumnya manis gula kali ah mblo -__-, tidak terlalu ganteng dan juga tidak jelek, menjadi seseorang yang cukup perasa. Wawan termasuk anak yang ramah, namun juga pendiam dan pemalu. Kadang juga malu-maluin mblo. Namun jika ia benar-benar telah mengenal seseorang, ia akan menjadi pribadi yang cukup aktif bicara alias cerewet. Wawan adalah seorang siswa yang tergolong “cukup” pintar, itu kelihatan dari potongan rambutnya yang selalu memilih menggunakan model belah samping. Matanya sedikit besar dan membulat, terkadang terdapat kantung mata yang menyelimuti matanya karena terlalu sering begadang *kemudian muncul Rhoma Irama* ♪♫ begadang jangan begadang~ ♫♪ tet..... Hidungnya tergolong mancung, namun mancung yang tidak jadi alias gagal, tapi setidaknya lubang hidungnya masih dua kok, iya beneran masih dua, kaya kalian ini.
            Tahun ini usia Wawan 15 tahun 2 bulan dan lebih beberapa hari, dan besok sudah memasuki tahun ajaran baru, di sekolahnya yang baru. Wawan resmi diterima di SMA negeri favorit di kota tempat tinggalnya,  “Balikpapan”. Kota kecil yang teramat ramai...ramai macetnya, ramai banjirnya, ramai orangnya namun baginya di sebuah kota yang penuh dengan cinta. Iya cinta, kalo kata d’bagindas sih C.I.N.T.A mblo. Cerewet ya ini -__-, coba diam dulu! ini masih intro. Sip mblo. Dibesarkan di kota ini hingga 15 tahun, dicintai orang tuanya, adiknya, teman-temannya, guru-gurunya, dan gadis itu tentunya. hmm gadis yang mana? Yang itu? Yang itu? Atau yang itu *nunjuk-nunjuk* Oh yang itu mblo, iya iya gue tau yang itu kan?? Baginya ia berada di kota dengan sejuta cinta. Kota yang bisa dibilang lumayan bersih karena telah mendapatkan adipura untuk yang ke tujuh belas kalinya. Dan besok yang disebut-sebut sebagai masa orientasi siwa atau mos akan dimulai. Dan hari ini Wawan belum mengerjakan semua tugasnya, padahal ini sudah nyaris jam 4 sore.
            Wawan yang pandangannya terarah kosong pada layar televisi sedari tadi, tiba tiba tersadar akan sesuatu “eh KOPLAK!!! temenin gue yok cari bahan-bahan mos!” ajak Wawan dengan nada gembira kepada ketiga sahabatnya. Sahabatnya sejak SMP, Dino, Fajri, Andri. “Dino??” dengan perawakan badan atletis, cukuran botak, “cukup” tinggi, pecinta sepak bola, karena terlalu mencintai bola, terkadang prestasi akademisnya kurang bisa dibanggakan bukan kurang tapi ga bisa mblo. Tapi kalau prestasi non akademis gausah ditanya deh, eh tapi gue mau nanya gimana dong??? Berisik!! -__-, dirumahnya tumpukan piala kejuaraan terpajang rapi, memang orangnya agak sedikit koplak.. Iya itulah gambaran seorang Dino. “Fajri??” seseorang dengan potongan rambut yang tidak jelas modelnya, kalau di bilang sih Fajri ini tidak pendek hanya saja “kurang” tinggi, sedikit kurus juga seperti Wawan, yang paling menarik Fajri ini orangnya humoris, mukanya ganteng kok hmm gantengan gue kali mblo :p. Padahal kamu cewek loh “mblo”!! Iya cewek kan juga ada yang ganteng kan mblo :))). “Andri??”, dengan potongan rambut seorang anak alim muslim yang dimodel belah samping agak klimis, terlihat lebih cupu dibanding ketiga temannya ~itu kamu kan mblo?~ Bisa diam ga sih sebenernya??? ini lagi cerita!!! Oke dilanjut ya, badannya sedikit terlihat lebih besar diantara mereka berempat, iya... Andri adalah satu-satunya diantara mereka berempat yang terlampau taat beragama.
Mereka adalah sahabat yang Wawan miliki yang paling berharga, yang selalu ada.. iya ada maunya maksudnya. Coba jangan dibocorin dulu -__-. “Boleh Wan, tapi gue laper” jawab Fajri menanggapi ajakan Wawan tadi. “Wan ntar suruh mama lo masak gih.. iya gue juga laper!!” sambung Dino. Iya inilah yang disebut “ga tahu diri ngungsi dirumah orang”, dan “selalu ada......iya ada maunya”. “Plis deh Wan!! cepetan!!!! suruh mama lo masak!!, gue laper pake banget tau gak?? udah dari tadi ga disuguhin makan, eh malah nonton ftv ga mutu gitu, huft banget ya guys nasib gue gimana ini? ntar gue bareng temen-temen gue bakal demo lagi, mau loh???” celoteh cacing-cacing diperut Andri. “Iya bentar, biar gampang mie instant aja ya...” jawab Wawan dengan senyumnya yang paling manis, “iya deh.... dari pada nggak.....nggak bisa nambah banyak-banyak kalo bukan mie instant” sahut Fajri. “5 menit kemudian”....*hening* semuanya menahan perut mereka masing masing iya mblo gue juga, agak laper juga sih t_t udah dibilangin diam!!! ya diam!! ngerti gak sih??, oke dilanjut lagi sampai mana tadi?? semuanya nahan perut masing-masing mblo, Oh iya, semuanya nahan perut mereka masing-masing kecuali Wawan yang memang sudah terbiasa telat makan, maklum jomblo jadi ga ada yang ngingetin makan :))) cie cie cie curhat :P, kalo jomblo itu gausah teriak jomblo!! kok malah ledekin orang sih mblo....mblo... :p .Sadar bos kamu juga jomblo!! ¬_¬ iya gue sadar (╥╥) *nangis di pojokan*. 10 menit kemudian.... *rusuh* rumah Wawan seakan ramai tak berpenghuni (?). Kekakuan suasana hening yang dirasa Wawan seorang diri, rasa menjadi jomblo lima belas tahun ini yang penuh dengan kesendirian, luntur oleh canda dan tawa teman-temannya. Setelah mereka selesai makan, Wawan kembali mengingatkan suatu hal “udah kenyang kan...? Ayo temenin gue cari bahan-bahan mos..” “ayo!” sahut ketiga sahabat koplak Wawan dengan kompak. “gue ikut siapa?” tanya Wawan yang sudah seumuran ini  belum bisa juga naik motor. “bareng gue aja” jawab Dino santai, lalu Wawan langsung naik kemotor Dino. Kemudian mereka pergi berbelanja layaknya ibu-ibu rumpi mau pergi arisan.
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪ 
“Lo...elo... pada, ga ada nyiapin buat mos???” tanya Wawan pada ketiga sahabatnya. “udah” jawab Fajri “gue ga ikut mos, kan baru lusa berangkat ke Bandung” jawab Dino, “hmm....gue sih belum, gue mos masih minggu depan, di Surabaya” jawab Andri, itulah jawaban ketiga sahabatnya bergantian. “Mereka masih sama, masih malas seperti biasanya, tapi secepat ini kah perpisahan itu datang?” tanya Wawan pada hatinya sendiri . “Heh somplak!! bengong aja lo...” kata Andri sambil menepuk punggung Wawan. “Yaudah, dari pada kalian main sabun ntar pas pulang kerumah, mending bantuin gue bikin seabrek tugas mos yang bakal besok ditungguin sama senior-senior sok galak ga jadi” ajak Wawan pada ketiga sahabatnya, “sial lu Wan!! iya juga sih dari pada gue ngerjain yang aneh-aneh dirumah ntar, ayo dah meluncur kerumah elo Wan” jawab Fajri. “bentar deh sebenarnya kalian ngomongin apa sih? Apa yang aneh-aneh? Apa yang mainan sabun?  Apa itu semua? Gue ga ngerti” tambah Andri... PLAK!!! “SOMPLAK lo ndri!!!! sok polos banget..” ucap Dino dengan nada bercanda sambil menampar pipi Andri sedikit keras namun juga sedikit pelan (?). Akhirnya mereka bertiga membantu tugas mos Wawan.
“Topi daun udah, tas kardus udah, name tag udah, buku mos udah, foto udah...udah...udah...udah...udah, yang ini udah, ini juga udah, ah ini nih yang belum” kata Wawan dalam hati sambil mencentang list tugas pada robekan kertas kecil, “Wan udah jam 9 nih, sebenernya gue mau cerita sesuatu...” kata Fajri, “cerita apa Jri?” tanya Wawan penasaran, “sebenernya......cacing-cacing di perut gue udah pada demo” celetuk Fajri, “bilang aja lapar -__- iya sih Jri, kali ini gue juga lapar, bentar deh gue suruh mama nyiapin makan” jawab Wawan. Ibu Wawan adalah sosok ibu yang tidak suka memasak, mungkin tidak bisa memasak lebih tepatnya, kalau terdesak gini palingan cuma mie instant sama telor ceplok saja. 10 menit kemudian, semuanya tersaji di hadapan televisi rumah Wawan, Wawan dan ketiga sahabatnya menikmati makanan yang disajikan meski hanya telor ceplok dan mie instant sambil melayangkan pandangan pada layar kotak berwarna menyaksikan ftv-ftv cinta drama romantis. “Ah bosan gue, sinetron aja deh mendingan!!!” pinta Dino, “apaan? Putri Yang Dicakar?, Tukang Haji Naik Bubur?” canda Fajri dalam keheningan makan malam pada saat itu, hingga akhirnya semua terbahak-bahak. Setelah makan mereka mulai melanjutkan tugas Wawan kembali, dan hanya sekitar 30 menitan sudah selesai semuanya. Jam sudah menunjukkan pukul 9.30 malam. “Makasih ya Jri, No, Ndri, udah mau bantuin tugas mos gue” ucap Wawan pada ketiga sahabatnya. “Yo...! sama-sama Wan” jawab mereka serempak.
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪ 
“Mungkin ini malam terakhir kita berempat bisa berkumpul seperti ini” pikir Wawan. Karena Wawan, Dino, Fajri, dan Andri tidak lagi satu kelas seperti SMP, bahkan satu sekolah pun tidak. Memang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA, mereka tidak satu kota lagi kecuali Wawan dan Fajri yang masih satu kota, dan itu berarti kemungkinan untuk berkumpul berempat akan sangat sulit. “Ikut gue yok” ajak Wawan tersenyum manis seperti biasanya. Gue boleh ikut kan mblo?? (┌','┐), padahal gak boleh -,-, tapi mau dilarang gimana pun kamu kan bakal tetap maksa ikut -,- lanjut deh. Serentak ketiga sahabatnya mengikuti Wawan, naik tangga ke balkoni rumah Wawan, sebenarnya bukan balkoni juga mblo, cuma gue juga bingung mau nyebutnya apa (˘- ˘ ).
“Waaan....! ngapain kesini?” tanya Dino bingung, “ayo tiduran dulu...” ajak Wawan, “Wan elo homo?????” tanya Fajri bercanda namun penuh tanya. “Kamvret elo Jri!!! ya gak lah!! coba tiduran terlentang disini, kita sama-sama liat kelangit” jawab Wawan sedikit kesal namun kemudian ia tersenyum dengan senyum termanisnya. “Bintangnya indah ya, Waan...” kata Andri, “Rasakan di hatimu,  bahwa alam menyapamu malam ini” jawab Wawan semangat. Mblo Wawan ternyata alay juga ya (˘- ˘ ). Berisik!!!! (-o¬_¬)--o(_).
Malam itu bintang teramat indah, dan juga banyak tersebar dilangit, seperti ratusan ribu tahun lalu disaat dinosaurus masih hidup, aduh terlalu alay mblo ceritanya. Iya..iya -__- . Sebenernya gini keadaan malam itu, satu persatu bintang itu berkedip nyala hidup nyala hidup, eh sama aja koplak!! , •*¨*• maksudnya nyala mati nyala mati nyala mati terus bergantian, terkadang terang terkadang redup terang meredup terang meredup kembali, hitam putih hitam putih hitam putih mblo itukan acara tv??? Eh iya juga.., maksudnya, gelap kemudian bercahaya kemudian gelap lagi bercahaya gelap bercahaya, yang seakan terlihat timbul dan tenggelam secara bergantian •*¨*•. Diselimuti awan-awan yang perlahan melewati gugusan bintang dilangit itu, tampak gagahnya planet-planet ikut berjajar bersama bintang-bintang dalam sendunya malam yang sunyi, ditambah lengkungan indah dan cahaya bulan yang sayup-sayup menerawang kearah balkoni rumah Wawan. Mblo udah gue bilang itu bukan balkoni (‾_‾)-σ.
“Sejuk ya.... disini” kata Andri, “iye Ndri, seneng juga liatin bulan dan bintang kaya malam ini, meski terlihat seperti sekumpulan homo yang lagi galau” jawab Fajri. Eh.. mblo!! si Fajri emangnya homo? Sudah... baca aja ceritanya!!! gak usah protes!! =,= . Mendadak mereka menjadi sekelompok remaja muda yang sedang galau tingkat dewa. Iya, seperti..... “Jomblo Abadi” senasib kaya kita dong, iyakan mblo?? ƪ(ˆˆ)ʃƪ(ˆˆ)ʃ . Maksud kamu apa?? ¬_¬.
  “Wan!! elo ngapain disitu??” tanya Dino memandang Wawan yang sudah berada diatas genteng.......tetangganya, “lagi mengucap harapan” jawab Wawan setengah berbisik. “Ikut deh gue” ucap Dino. Kemudian tanpa sadar Dino sudah berada disebelah Wawan, dan Dino bertanya “mengucap harapan? Loh kaya mana caranya?” “iya! ucapkan aja harapan elo, apa yang ada di hati lo, keluarin aja semuanya, ingat!! pelan-pelan aja, mungkin bisa melegakan hati” jawab Wawan sambil tersenyum, “ah mana greget kalo bisik-bisik” kata Dino tertawa sendiri. “Tapi....” balas Wawan pasrah, kemudian Dino teriak “gue pengen bebas!!! terbang kebintang, gue pengen sukses!!!, gue pengen nyatain cinta gue buat elo yang disana!!! hei apa kabar dunia?....gue pengen...” belum selesai Dino mengatakan ucapannya, tetangga yang gentengnya Wawan dan Dino duduki marah. “Pengen apa?? Pengen gue tabokin satu-satu ya!!! heh gila ya!!! jam 10 malam gini teriak-teriak diatas genteng orang!!! sudah tidur!!! pulang sana!!! PULANG!!!!!!!!!!!!!!....” mendadak sapu terbang mengarah ke pintu balkoni, “WAN!!! WAWAN!!!! turun kamu!!! suruh teman-temanmu pulang!!! sudah malam gini, sana pulang semuanya!!!” teriak ibu Wawan penuh kesal ditambah dengan intonasi, getikulasi, dan artikulasi yang pas dan jelas menambah mimik menyeramkan diwajah ibunya Wawan. “Elo sih No, iya No, ga pake otak banget sih” semuanya menyalahkan Dino yang memang tidak memikirkan apa yang akan terjadi. Serentak mereka turun dari balkoni rumah Wawan, dan pamit pulang pada ibunya Wawan “misi tante, pamit dulu, Assalamualaikum” mereka semua mencium tangan ibu Wawan sambil beranjak pergi dari rumah Wawan.  “Waalaikumsalam” jawab ibunya Wawan dengan mimik muka sinis. Setelah mereka pergi, Wawan diomelin sama ibunya, kenapa temannya berbuat senekat itu. Wawan hanya bisa menunduk dan mendengar ocehan ibunya saja.
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪ 
Wawan bergegas tidur, tidur dikamarnya sendiri, ingat!! dikamarnya sendiri bukan dikamar ibunya. Malam ini ia merasa kesepian entah tanpa suatu sebab yang pasti. Ia merasa sendiri ditengah dunia yang begitu luas. Seraya menatap langit-langit kamarnya. Tampak pelafon rumah yang usang, dan tampak sekumpulan burung kertas origami bergelantungan penuh debu di sekelilng lampu kamarnya. Raut muka yang sendu di wajah Wawan tampak kentara sekali. Malam itu Wawan belum bisa tidur juga. Iya!! karena satu hal. Mungkin karena.....karna ingat wanita itu mblo (ˇ ˇ)? Bukan, bukan itu alasannya, Hmm karna sakit perut mblo?? Tunggu dulu jangan sok tau,  kalo gitu karna mikirin temen-temennya kan mblo!! sebentar dulu jangan sok tau kamu ah! karna ngerasa bersalah sama ibunya mblo -,-?? Kammvvvvret......, ini mau di kasih tau, sebenarnya karena.......lampu kamarnya yang belum dimatikan. Sumpah mblo garing baget -__- . Wawan memang tidak bisa tidur jika lampu kamarnya tidak dimatikan. Kemudian Wawan bangkit dan mematikan lampu kamarnya, lalu kembali merebahkan dirinya di liang lahat...eh tempat tidur :p. Wawan kembali menatap langit-langit kamarnya, diam termangu. Kali ini terfokus pada satu hal, burung kertas origami berdebu. Ingatannya kembali hanyut kemasa silam menyulam benaknya sendiri. Jauh sebelum bumi diciptakan, eh mblo kejauhan (-o¬_¬)--o(_). Eh iya sori t_t.
♪♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♪
Disuatu ruang dan waktu dimasa lalu, Wawan yang masih kelas 5 SD, membuat burung-burung kertas origami sendiri, berharap burung-burung itu mampu membawakan doanya kepada Tuhan setiap kali ia tidur. Ia percaya ketika ia tidur burung-burung itu akan terbang dan menyampaikan doa dan keinginannya kepada Tuhan. Kemudian Wawan mengambil burung-burung itu lalu menutup pintu kamarnya. Tanpa ada yang tahu, Wawan yang masih kecil menaiki meja belajarnya dan berusaha sebisa mungkin menempelkan burung kertas itu di langit- langit kamarnya, dengan sapu, kursi bertingkat, tumpukan bantal, dan entah dengan segala caranya sendiri akhirnya burung kertas itu terpajang rapi mengitari lampu kamarnya. Dengan senyum bahagia Wawan melihat hasil kerja kerasnya sudah tampak sempurna dimatanya.

Kemudian.....HITAM!! iya, kemudian hitam! Loh mblo kenapa kok hitam mblo, Wawan kenape?, rupanya mata Wawan sudah tertutup, telinganya buntu, hanya mulut dan hidungnya yang bisa terbuka kemudian mendengkur sekeras yang ia bisa. Wawan sudah tidur terlelap setelah seharian nonton ftv dan mengerjakan seabrek tugas mos.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar